(: Bukan orang lain yang menentukan hidup kita, tapi kita sendiri yang menentukan hidup kita sendiri.. Tentukan pilihan terbaik untuk hidupmu yang sesuai dengan Dien Al-Islam.. :)

Rabu, 12 September 2012

Masuk ke Selokan


Saya termasuk pemula pembuat blog, jadi untuk kali ini, saya akan bercerita saja sekedar untuk melatih kemampuan saya.

Saat itu, tepatnya tanggal 1 Februari 2012, aku mengalami suatu hal, singkat ceritanya seperti ini..


Duduk termangu, ya, itu aku, aku sedang membayangkan betapa senangnya Study Tour bulan lalu. Ah, betapa cerobohnya aku. Mengendarai becak saja tidak bisa. “Hahaha..”, tawa pun terlepas dari bibirku. Aku tak sanggup menahan tawa mengingat betapa konyolnya aku waktu itu.

Saat itu, hari kedua Study Tour, aku dan teman-teman seangkatanku menuju tujuan kami selanjutnya, yaitu TMII (Taman Mini Indonesia Indah), setelah sebelumnya kami telah bersenang-senang di Masjid Istiqlal, Monas, Dufan, dan PPIPTEK.

Ku kayuh becak yang ku sewa bersama teman-temanku. Ya, ini bukan becak biasa. Becak ini dikayuh oleh empat orang. Tapi, becak ini tetap dikendalikan oleh satu orang. Oh, iya, becak ini nggak beroda tiga, tapi empat.

Ku angkat tangan kananku, ku arahkan, lalu ku tekan sebuah tombol. Ya, aku sedang memotret, memotret pemandangan di sini. Pemandangan di sini cukup asri, ditambah tadi habis hujan, aku berharap bisa memotret pelangi secara tak sengaja dari kameraku, tapi aku rasa tidak mungkin karena Jakarta terlalu banyak polusi, sehingga bintang saja pun tidak kelihatan dari sini.

Sebelumnya, aku dan teman-temanku membuat perjanjian, karena waktu sewa hanya satu jam dan kami cuman berempat, maka tiap orang diberi waktu 15 menit. Kini giliranku. Ku gunakan kesempatan ini untuk berkeliling sejauh-jauhnya. Sebenarnya track kami tidak jauh, cukup dekat dengan tempat persewaan becak ini, soalnya kami sudah diwanti-wanti si pemilik becak supaya nggak jauh-jauh.

Ku nikmati kesempatanku dengan baik. Kami sempat berhenti di toilet untuk buang hajat. Ah, teman-temanku memang licik. Mereka ke toilet saat jatahku, biar waktuku berkurang. Aku pun harus menunggu mereka cukup lama.

Ini foto saat kami sedang berhenti di toilet sekedar untuk buang hajat.

Setelah mereka selesai, ku lanjutkan kesempatanku ini. Mulai kunikmati lagi. Tapi saat di pertigaan, aku dah berniat untuk belok kiri. Tiba-tiba terdengar dari telinga ksebelah kiriku, “Va, lurus va!”, kata salah satu temanku setengah berteriak. Aku langsung memutar kemudi 180 derajat ke kanan. Ku lihat ada selokan di depanku. Aku panik.

     “Aaaaaa...!!”
     “Va, awas, Va!!”
     “Belok, Va!!”

Teriakan temanku membuat aku semakin panik. Aku seperti kehilangan ingatan waktu itu. Kemudi hanya ku pegang tanpa ku putar balik dan rem pun ku lupakan. Aku semakin kehilangan ingatan. Ku rasakan salah satu roda becak sudah masuk ke selokan. Aku berteriak, “Oh, iyo, rem! Oh, iyo, rem!”. Kejadian itu cukup membuat aku ingat kembali. Spontan aku menarik rem sekuat-kuatnya. Sayang, sudah terlambat! Becak sudah berhenti sejak tadi dan separuh badan becak sudah masuk ke selokan. Teman-temanku segera keluar dari dalam becak dengan tergesa-gesa.

“Hahahahahahahahahahahaha!!”, terdengar gelak tawa dari teman-teman yang menyaksikan. Tak bisa terelakkan aku dan teman-temanku yang naik becak bersamaku juga tertawa lepas bersama mereka. Ini sungguh konyol. Aku membayangkan betapa cengohnya wajah-wajah kami saat masuk selokan. Sungguh memalukan.

Tawa mereda. Aku dan teman-temanku mulai berusaha mengangkat becak itu kembali ke jalan dengan dibantu beberapa teman yang lain, dan akhirnya bisa. Aku trauma menyetiri becak itu lagi. Kuserahkan kesempatanku menyetir yang tinggal beberapa menit lagi kepada temanku yang lain.

Aku pun naik becak kembali. Ku rasakan sesuatu yang berbeda, karena merasa tidak nyaman, aku pun tukar tempat dengan temanku. Temanku yang menempati tempatku juga merasakan hal yang sama, dia cari-cari, ternyata pedal becak tersebut ada yang bengkok. Cukup parah memang, tapi tidak terlalu terlihat.
Teman-teman menyarankan agar dikembalikan tanpa memberitahukan kepada si pemilik. Untuk mengelabuinya, pedal yang bengkok disembunyikan di antara becak yang lain. Sungguh licik. Tapi tak apalah, yang penting kami nggak disuruh ganti rugi.

Di tengah jalan, aku teringat handphone-ku. Ya, handphone-ku dipakai untuk jaminan penyewaan becak saat kami bertransaksi tadi. Bagaimana kalau pemiliknya tahu dan terpaksa mengambil handphone-ku? Semoga saja tidak. Ah, sungguh malang nasibku.

Becak sudah kembali ke pemiliknya dan sudah pula diparkir sesuai rencana. Untunglah si pemilik tidak mengetahuinya, sehingga handphone-ku bisa kembali dengan selamat. Kami pun segera menuju ke dalam bis sebelum si pemilik sadar akan kelicikan kami. Haha, dalam hati, aku sangat senang hari itu.


Semoga bermanfaat, saya sadar ini masih banyak kekurangan, terimakasih..

3 komentar:

  1. Iki blog opo tempat curhat to?? Atau buku harian?? Niat mu untuk membuat blog diisi apa nggih?? Niat, ojo lali yo...

    Mr. Xon

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya terimakasih sarannya. Tetapi niat saya membuat blog itu agar orang2 bs mengenal siapa saya dan ap yg saya post.kan bisa bermanfaat. Isinya juga bukan sekedar tentang curhat. Terimakasih dan maaf.

      Hapus